Airlangga Minta Restu Jokowi, Golkar Tak Merasa Diintervensi
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sudah meminta restu Presiden Joko Widodo maju bertarung dalam pemilihan ketua umum (ketum) Partai Golkar (PG) pengganti Setya Novanto.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PG Ace Hasan menilai wajar jika Airlangga sebagai pembantu presiden meminta restu kepada bosnya sebelum bertarung di pemilihan ketua umum.
“Karena bagaimanapun posisi beliau sebagai menteri dan ketika beliau didukung menjadi ketum PG tentu harus mendapatkan restu presiden,” kata Ace, Selasa (28/11).
Dia yakin presiden sudah memberi restu. Tentunya Ace juga memahami restu yang diberikan presiden itu tanpa maksud untuk mengintervensi proses politik di internal partai berlambang pohon beringin.
Dia menilai yang dilakukan Airlangga sudah merupakan tindakan yang tepat. “Beliau menunjukkan memang setiap pembantu presiden yang akan maju sebagai ketum partai politik seharusnya mendapatkan restu dari presiden,” jelasnya.
Ace menyerahkan sepenuhnya kepada presiden untuk memutuskan apakah Airlangga sebaiknya mundur dari jabatan menteri ketika nanti sudah terpilih sebagai ketum PG.
“Saya kira itu sepenuhnya diserahkan kepada Jokowi sendiri karena beliau yang memiliki kewenangan untuk mengangkat atau memberhentikan menteri,” paparnya.
Dia tidak menampik bisa saja nanti terjadi aklamasi mendukung penuh Airlangga sebagai ketum. Menurut dia, aklamasi dimungkinkan dalam proses organisasi.
Menurut Wasekjen PG Ace Hasan, wajar saja Airlangga sebagai pembantu presiden meminta restu kepada bosnya sebelum bertarung di pemilihan ketua umum.
- Menko Airlangga Dorong Kerja sama RCEP dengan GCC Diperluas
- Syukuri Hasil Pemilu 2024, Petinggi Partai Golkar Tunaikan Ibadah Umrah
- Peran Strategis BPKP, Kecepatan dan Ketepatan Mencegah Kebocoran demi Keberhasilan Pembangunan
- BSN Partai Golkar Optimistis Capai Target 70 Persen di Pilkada 2024
- Bukan Ridwan Kamil, Golkar Jagokan Sosok Ini sebagai Bacagub DKI
- Jokowi dan Gibran Lagi Cari Rumah, Mau Merapat ke Golkar? yang Benar Saja