Akhir Era Gangster Hong Kong

Akhir Era Gangster Hong Kong
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Keluar dari penjara, Zhang ingin membebaskan temannya. Dengan cara yang spektakuler: membeli bom yang akan bisa meledakkan Hongkong. Saat itulah temannya akan bisa keluar penjara.

Tapi membeli bom perlu dana besar. Bukan saja harus membelinya dari pasar gelap. Tapi juga harus menyuap begitu banyak aparat untuk pengamanannya.

Maka Zhang pun membuat keputusan: menculik Victor Li, putra mahkota Li Ka-shing. Akan minta tebusan Rp 4 triliun.

Penculikan sukses. Victor dimasukkan peti mati. Peti itu dilubangi agar ada udara untuk pernafasan. Li Ka-shing setuju membayar separo dari tuntutan.

Tapi tidak mungkin menyediakan uang kontan sebanyak itu saat itu juga. Perlu satu hari.

Hebatnya Zhang, dia bilang begini: dia sendiri yang akan mengambil uang Rp 2 triliun itu di rumah Li Ka-shing! Jangan coba-coba hubungi polisi. Sudah ada peledak di rumahnya.

Li Ka-shing pilih kehilangan uang sebegitu banyak daripada putra mahkotanya. Hebatnya lagi: sambil menunggu uang kontan itu Zhang tinggal di rumah Li Ka-shing. Satu hari penuh.

Yang juga hebat: hasil penculikannya itu dia obral. Siapa saja dia beri uang. Zhang memang punya pegangan prinsip sendiri: menjadi gangster berhati emas.

Hanya dengan menculik anak konglomerat paling kaya di Asia akan bisa mendapatkan uang banyak. Risikonya toh sama dengan perampokan-perampokan kecil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News