Al-Fatih

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Al-Fatih
Ekspresi bek Turki Mert Muldur usai laga timnya melawan Swiss. Foto: Twitter@EURO2020

Lahirnya Revolusi Industri di Inggris dan Revolusi Prancis di akhir abad ke-18 menjadikan kekuatan Eropa bangkit kembali.

Muncul era penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa untuk mencari sumber dari komoditas perdagangan internasional.

Penemuan mesin uap yang melahirkan kapal-kapal bertenaga uap, membuat Eropa kembali menguasai lautan. Bersamaan dengan itu Turki mulai merosot. Pasukan Janisari yang awalnya menjadi andalan makin merosot kekuatannya.

Dulunya Janisari diambil dari anak-anak keluarga Kristen yang kemudian dididik secara militer dan agama dengan sangat ketat. Banyak di antara mereka yang dikebiri dan dijadikan kasim.

Namun, lama-kelamaan pola rekrutmen menjadi longgar, dan pasukan elite Janisari sudah terkontaminasi oleh gaya hidup hedonism.

Pada awal abad ke-20 sekitar 1905 Turki disebut sebagai "Orang Sakit Eropa" (the sickman of Europe).

Kondisi dalam negeri makin merosot dengan munculnya gerakan Turki Muda (Young Turks) yang dipelopori Mustafa Kemal Pasha.

Gerakan ini mendorong diadakannya reformasi politik total di Kesultanan Turki Usmani.

Gunes sudah kehilangan tuahnya, dan sisa-sisa kebesaran Turki seolah lenyap tersapu panas cuaca Eropa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News