Anak Desa Berhak Jadi Menteri
"Kalau mau berhasil, gunakan masa mudanya dengan baik. Ada yang mengatakan bahwa masa muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk surga. Omong kosong itu, bohong," tegas Amran.
Semasa kuliah menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin, Amran tidak seberuntung dengan mahasiswa lainnya yang berkecukupan. Dia tinggal di indekos dan makan hanya sekali sehari. "Bukan karena malas makan, tapi tak ada makanan," katanya.
Namun Amran tak pernah menyerah, apalagi sampai meratapi keadaan. Dengan tekad dan kerja keras, dia berhasil melewatinya dan kini menjadi pembantu presiden masuk dalam Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Kami pertama datang ke Jakarta, dicari di google nama neneknya siapa, cucunya siapa enggak ketemu, ini siapa yang jadi menteri?" katanya.
Selama menjadi menteri, Amran pernah mengunjungi Kolombia, Jerman dan Korea Selatan. Menurutnya, tak perbedaan yang signifikan sektor pertanian Indonesia dengan negara lainnya.
"Kita melihat apa perbedaan pemuda kita dengan pemuda mereka. Bapak Presiden tanya, apa perbedaan antara pertanian kita dengan pertanian mereka? Yang membedakan adalah mereka terlalu rajin dan kita terlalu?," tanya Amran
"Malas," jawab mahasiswa.
"Terima kasih, anda tahu sendiri jawabannya," timpal Amran.
"Aku boleh lahir di desa, tapi aku jangan dikubur di desa. Aku boleh lahir dalam keadaan miskin, tapi aku jangan dikubur dengan keadaan miskin,".
- Presiden Jokowi Senang Produksi Jagung Meningkat di Sumbawa NTB
- Tinjau Panen Jagung Bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi: Semua Pihak Ambil Langkah
- Regenerasi Petani, Kementan Gelar Bootcamp di Bogor
- Tingkatkan Teknologi Pertanian, Kementan Jalin Kerja Sama dengan Iran
- Begini Jurus Kementan Kendalikan Harga Bawang Merah
- Main Bola Bareng Presiden Jokowi, Mentan Amran Cetak 2 Gol