Analisis Jamiluddin soal Peluang Tokoh Non-Jawa di Pilpres 2024, Akankah Tercipta Sejarah?

Analisis Jamiluddin soal Peluang Tokoh Non-Jawa di Pilpres 2024, Akankah Tercipta Sejarah?
Pakar komunikasi politik Univeristas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga. dok for jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menyoroti dominasi etnis Jawa dalam sejarah presiden Indonesia.

Jamiluddin mengatakan, sampai saat ini belum ada calon non-Jawa yang berhasil memenangkan pemilu presiden. 

BJ Habibie dan Megawati, dua presiden berdarah setengah Jawa, menjadi RI 1 bukan karena dipilih oleh rakyat.

"Habibie menggantikan Soeharto karena secara konstitusi memang harus digantikan oleh wakilnya. Megawati menggantikan Abdurahman Wahid (Gus Dur) melalui Sidang Umum MPR RI," kata Jamiluddin kepada JPNN.com, Senin (21/6).

Mantan dekan Fakultas Ilmu Komunikasi IISIP Jakarta itu menegaskan, Indonesia berpeluang dipimpin etnis non-Jawa bila perilaku pemilih berubah dari emosional ke rasional.

Pasalnya, kata dia, pemilih rasional akan memilih atas pertimbangan siapa calon yang paling menguntungkan baginya.

"Pemilih seperti ini akan melihat program yang ditawarkan si calon menguntungkan baginya atau tidak," ujar Jamiluddin.

Di sisi lain, lanjut dia, pemilih rasional tidak mempertimbangkan agama dan etnis calon presiden.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menyebut Indonesia bisa dipimpin etnis non-Jawa bila perilaku pemilih sudah rasional

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News