Anang Mempertanyakan Penggabungan Ekonomi Kreatif dan Pariwisata di Kabinet Jokowi

Anang Mempertanyakan Penggabungan Ekonomi Kreatif dan Pariwisata di Kabinet Jokowi
Anang Hermansyah. Foto: Ricardo/JPNN.COM

Menurut dia, kinerja ekraf melalui Bekraf dalam lima tahun terakhir mengalami kemajuan yang pesat dibanding sebelumnya.

"Produk Domestik Bruto (PDB) Ekraf tahun 2014 itu hanya Rp 784,2 triliun saat masih digabung dengan pariwisata. Nah, tahun 2019 ini bisa tembus Rp 1.200 triliun," tegas Anang.

Menurut Anang, penggabungan ekraf dan pariwisata justru akan menjadikan dua sektor tersebut menjadi tidak fokus. Karena pada dasarnya, sambung Anang,dua sektor tersebut tidak memiliki irisan secara langsung. Alih-alih terjadi peningkatan kinerja di dua sektor tersebut, namun yang terjadi ketidakfokusan dalam penggarapan dua sektor.

"Risikonya, salah satu sektor akan menjadi anak tiri. Itu terjadi di periode 2009-2014," sebut Anang.

Masalah pelik lainnya, kata Anang, jika ekraf dan pariwisata digabung maka akan memberi dampak penggabungan dua SDM yang sebelumnya berbeda.

“Menteri baru di setahun pertama hanya sibuk mengurus dapur internal kementerian mulai penataan birokrasi, renstra termasuk bagaimana menjalin komunikasi politik dengan parlemen. Itu pekerjaan yang tidak mudah," ingat Anang.

Anang berharap rencana penggabungan ekraf dan pariwisata itu dibatalkan. Menurut dia, secara filosofis, yuridis dan sosiologis penggabungan ini menabrak pronsip dasar rencana ekraf sebagai tulang punggung ekonomi baru di Indonesia.

“Kita bermimpi SDM Indonesia unggul, namun mimpi itu bertolak belakang dengan rencana penggabungan ini. SDM unggul itu tercipta jika kita fokus dan teguh pada aturan yang kita buat sendiri," pungkasnya.(esy/jpnn)

Mantan anggota anggota DPR RI Anang Hermansyah mempertanyakan rencana penggabungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News