Anas Urbaningrum, Revolusi & Kudeta Sunyi

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Anas Urbaningrum, Revolusi & Kudeta Sunyi
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum. Foto: arsip jpnn.com

Keberhasilan SBY menjadi presiden membawa efek ekor jas bagi Partai Demokrat yang meraup 21 persen suara pada Pemilu 2009. Sejak SBY menjadi presiden, Partai Demokray langsung menjadi parpol penguasa.

Tesis Anas mengenai revolusi sunyi SBY ternyata dipakai sendiri oleh Anas untuk merebut kekuasaan Partai Demokrat. Diam-diam, Anas melakukan revolusi sunyi dengan versinya sendiri untuk menguasai Partai Demokrat.

Dia memperkuat jaringannya dengan membawa teman-temannya dari jaringan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan jaringan yang dia bentuk selama aktif di berbagai pergerakan.

SBY tidak menyadari gerakan sunyi itu. Dia terkejut karena tiba-tiba saja Anas bisa menguasai suara pada Kongres Partai Demokrat 2010.

Anas mengalahkan Andi Mallarangeng yang mengantongi restu SBY untuk menjadi calon ketua umum Partai Demokrat. Namun, Anas melakukan kudeta sunyi dan berhasil merebut posisi puncak sebagai ketua umum Partai Demokrat.

SBY terlambat menyadari kudeta sunyi yang dilakukan Anas. Akan tetapi SBY bertekad merebut kembali Partai Demokrat dari tangan Anas.

Dari anak manis, Anas menjadi anak yang dianggap mbalela oleh SBY. Pertempuran sunyi itu akhirnya pecah menjadi konflik  terbuka.

Pada 2012 muncullah kasus korupsi pembangunan kompleks olahraga Hambalang yang diduga melibatkan Anas Urbaningrum dan beberapa kader muda Partai Demokrat. Kasus ini menjadi pukulan telak bagi Partai Demokrat.

Karier politik Anas Urbaningrum diwarnai revolusi sunyi, lalu kudeta sunyi. Kini sangat mungkin akan terjadi pertarungan yang tak sunyi lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News