Anomali Bisnis tanpa Keterangan

Anomali Bisnis tanpa Keterangan
Luhut Panjaitan (kiri) berbincang dengan Dahlan Iskan di kediaman Dahlan di Surabaya. Foto: Arya Dhitya/Jawa Pos

”Anomali itu lagi kami pelajari,” katanya. Misalnya, apakah ada perpindahan sektor bisnis? Sektor-sektor lama seret, tapi ada sektor-sektor baru yang tumbuh. Bisnis Telkomsel, katanya, tahun ini meningkat.

Pak Luhut juga memberikan harapan baru. Industri nikel di Sulawesi Tenggara sudah bisa menjadi penggerak baru ekonomi. Beliau menyebut pengolahan nikel di Morowali dan Konawe. Skalanya raksasa. Mulai pelabuhan besarnya, kawasan industrinya, sampai lapangan terbangnya. Semuanya baru jadi atau sedang dalam penyelesaian.

Saya bisa membayangkan besarnya pengaruh proyek tersebut. Saya tahu sendiri. Di akhir masa jabatan sebagai menteri BUMN, saya sempat pergi ke Konawe. Pabrik raksasa itu saat itu sudah terlihat gigantik. Hampir jadi.

Bandara Morowali akan mengubah peta wilayah itu. Seperti berubahnya kawasan timur Sulawesi lainnya, Luwuk. Setelah di situ ada proyek besar LNG, pelabuhan besar yang istimewa dalamnya (16 meter) dan bandara baru. Perkiraan saya berikutnya akan segera ada usulan provinsi baru: Sulawesi Timur.

Anomali makro-mikro itu memang harus segera terjawab. Apa penyebabnya. Dan apa jalan keluarnya. Kalau mikronya terus saja tidak membaik, buntutnya akan menyeret makronya juga.

Bunga bank yang selama ini bisa dipaksa rendah akan membuat bank kesakitan. Penyaluran dana ke sektor mikro akan terhambat. Pengusaha kadang lebih perlu ada penyaluran uang. Biarpun bunga agak tinggi. Daripada bunga rendah, tapi tidak ada uang. (*)


Saya ajukan pertanyaan ini kepada beberapa ahli ekonomi: mengapa harga saham di pasar modal naik terus? Padahal, ekonomi riil lagi sulit.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News