Antisipasi Iklim Ekstrem El Nino, Begini Strategi Kementan di Subsektor Hortikultura

Antisipasi Iklim Ekstrem El Nino, Begini Strategi Kementan di Subsektor Hortikultura
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto memimpin rapat koordinasi dengan Tim Early Warning System dan Pengelolaan Tanam Hortikultura (EWS SIPANTARA) terkait kesiapan mengantisipasi dampak El Nino. Foto: Dokumentasi Humas Kementan

Di sisi lain, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) berada pada fase netral dan diprediksi IOD akan menuju fase postif.

Kombinasi dari 2 fenomena tersebut berpotensi berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Kondisi ini diperparah lagi, karena pada periode tersebut Indonesia berada pada puncak dan akhir musim kemarau pada Agustus sampai dengan September 2023.

Berdasarkan prakiraan sifat hujan bulanan untuk Juni hingga November 2023 menunjukkan kondisi bawah normal (lebih kering), terutama untuk wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian Tengah dan Selatan dan Kalimantan bagian Tengah dan Selatan.

Menyikapi peluang El Nino pertengahan 2023, tim BMKG memberikan masukan beberapa langkah aksi dan antisipsi dini yang perlu dilakukan pada subsektor hortikultura.

1). Perlu Antisipasi Dini menghadapi Musim Kemarau 2023, terutama pada wilayah yang diprediksi akan kering bahkan lebih kering khususnya wilayah sentra hortikultura pada komoditas prioritas, seperti cabai dan bawang merah.

2). Membangun Sistem Peringatan Dini (EWS SIPANTARA) agar bisa membuat peringatan dini pada sektor hortikulutura dengan memetakan wilayah kering/basah, potensi serangan OPT, rekomendasi/aksi antisipasi, jadwal tanam dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional.

3). EWS SIPANTARA bisa dijadikan salah satu contoh collaborative dan inisiatif program Global 'Early Warning for All' 2023-2027.

Kementan telah siap siaga di lapangan untuk melakukan langkah-langkah preventif dalam menghadapi ancaman iklim ekstrem El Nino

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News