Antisipasi Kebangkitan Tiongkok, Australia Belanja Senjata Hingga Rp 2.700 Triliun

Antisipasi Kebangkitan Tiongkok, Australia Belanja Senjata Hingga Rp 2.700 Triliun
Perdana Menteri Scott Morrison menyatakan Australia harus mempersiapkan diri menghadapi potensi bahaya dari konflik antara China dan Amerika Serikat. (ADF/Lockheed Martin)

Dalam pidato di depan Akademi Militer Australia, PM Morrison mengumumkan komitmennya untuk mengalokasikan anggaran $270 miliar (sekitar Rp2.700 triliun) bagi peningkatakan kemampuan pertahanan selama satu dekade.

Alokasi belanja ini termasuk senjata penyerang yang lebih kuat, kemampuan siber dan sistem pengawasan bawah air berteknologi tinggi.

Selama empat tahun, Angkatan Bersenjata Australia (ADF) akan menambah personel sebanyak 800 prajurit, terdiri dari 650 personel untuk Angkatan Laut, 100 untuk Angkatan Udara, dan 50 prajurit Angkatan Darat.

Menurut Anggaran Belanja Departemen Pertahanan 2019-2020, kekuatan personel ADF diperkirakan tumbuh menjadi 60.090 orang tahun ini didukung staf administrasi sebanyak 16.272 orang.

Anggara Dephan diperkirakan tumbuh hingga 2 persen dari produk domestik bruto Australia pada 2020-21, atau sekitar $200 miliar selama 10 tahun".

Antisipasi Kebangkitan Tiongkok, Australia Belanja Senjata Hingga Rp 2.700 Triliun Video: Defence Correspondent Andrew Greene interviews ASPI executive director Peter Jennings (ABC News)

 

Australia akan membeli Rudal Anti-Kapal Jarak Jauh (LRASM) 158-AG dari Angkatan Laut Amerika Serikat, dengan biaya $800 juta.

Rudal itu memiliki jangkauan lebih dari 370 kilometer, meningkat signifikan dibandingkan kapasitas 124 km dari rudal anti-kapal Harpoon AGM-84 milik Australia yang diluncurkan pada awal 1980-an.

Australia mengumumkan strategi pertahanan yang lebih agresif untuk mengantisipasi kebangkitan Tiongkok

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News