Apa Kabar Balai Pustaka?

Apa Kabar Balai Pustaka?
Ilustrasi Balai Pustaka. Foto: Capture laman Google.

Penyeragaman bahasa inilah yang kemudian hari, hingga kini membawa pengaruh pada perkembangan bahasa Indonesia.

Di sisi lain, terbitan BP rupanya mengandung dimensi ideologi dan politik.

Contoh, roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Terbitan BP ini sangat fenomenal pada masanya. Pernah pula diangkat ke layar kaca.

Kelihaian Marah Rusli dalam mengaduk-aduk perasaan membuat karya itu “abadi”. Sehingga muncul istilah “zaman Siti Nurbaya” untuk orang yang dikawin paksa.

Kini, renungkan dan cermatilah baik-baik. Siapa pahlawan dalam Siti Nurbaya?

Bukankah Samsul Bahri, seorang Letnan KNIL—tentara Hindia Belanda  yang menumpas perjuangan pergerakan rakyat melawan kolonialisme di Sumatera.

Dan, masih ingat tokoh antagonisnya?

Ya, Datuk Maringgih. Tokoh adat yang secara nyata menyerang pelaksanaan politik pajak kolonial dalam Perang Belasting di Ranah Minang, dengan “sangat manis” didudukkan sebagai orang tua tak tahu diri yang suka kawin.

Balai Pustaka masih ada. Jika dulu pemerintah kolonial lihai betul mempergunakannya sebagai instrumen strategi kebudayaan, bagaimana dengan hari ini?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News