APBN Proyek

Oleh Dahlan Iskan

APBN Proyek
Dahlan Iskan bersama Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: disway.id

Maka SWF Indonesia nanti akan lebih banyak bersifat 'memutar' uang milik orang lain. Untuk kepentingan pembangunan proyek-proyek di Indonesia.

Pemilik dana itu umumnya sudah senang kalau bisa mendapat 'laba' 8 persen (dalam dolar). Padahal banyak proyek kita yang bisa memberikan keuntungan sampai 25 persen. Apalagi kalau sogok-menyogoknya hilang.

Itu berbeda dengan Temasek (atau GIC)-nya Singapura. Fokus GIC adalah terus mencari proyek yang labanya minimal 18 persen. Di mana pun proyek itu. Setelah dihitung konsekuensi risikonya.

Maka biasa saja kalau GIS juga melakukan jual beli saham. Ia membeli satu perusahaan ketika harga sahamnya masih naik terus. Namun ia akan melepaskan perusahaan itu kalau tidak menguntungkan lagi.

Maka kemungkinan besar Temasek/GIC tidak akan tertarik untuk menaruh dana di SWF-nya Indonesia. Singapura akan merasa lebih jago dalam memutar uang. Daripada 'dititipkan' di SWF-nya Indonesia.

Kalau pembentukan SWF itu sukses maka kelihatannya itulah jalan menuju penurunan utang luar negeri. Ke depan tidak perlu lagi mencari utang untuk membiayai proyek besar.

Hanya saja kita masih harus cari utang untuk membayar utang –dan bunganya. Maka SWF juga berarti kendaraan untuk menuju APBN tanpa defisit.

Berarti postur APBN kita nanti tidak akan sebesar yang ada sekarang. Namun lebih fokus untuk bayar utang, gaji pegawai, dan pengentasan kemiskinan.

Luhut – bukan menteri keuangan– yang melakukan hal ini. Luhut segera ke Jepang, Riyadh, Arab Saudi, dan UEA setelah mendapatkan komitmen dana Rp 28 trilin dari USIDFC Amerika.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News