Arah Baru Arab Saudi: Menjauh dari Amerika, Mendekat ke Rusia

Arah Baru Arab Saudi: Menjauh dari Amerika, Mendekat ke Rusia
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat sangat akrab di sela-sela pertemuan G20 Buenos Aires pada 2018 silam. Foto: ALEJANDRO PAGNI / AFP

Memang "ada udang di balik batu" di balik tuntutan Saudi itu. Dalam kerangka Mesir, Saudi menginginkan Mesir menswastanisasi sektor-sektor publik sehingga Saudi bisa memilikinya.

Bisa juga karena Saudi menginginkan Pulau Tiran dan Sanafir di mulut Teluk Aqaba yang kabarnya sudah dijanjikan Mesir untuk dimiliki Saudi.

Namun, dalam politik memang "tidak ada makan siang yang gratis". Pun dengan bantuan Saudi ke negara-negara seperti Mesir.

Ini lebih karena ada pergeseran kesadaran dalam pemerintahan Saudi saat ini bahwa segala uang dari pajak rakyat dan penerimaan negara seharusnya kembali ke negara dan tak boleh menguap begitu saja.

Lain hal, Saudi berusaha berbaikan dengan Bashar al Assad di Suriah dan juga Houthi di Yaman, bahkan dengan Iran yang menjadi sponsor baik Assad maupun kelompok Syiah, Houthi.

Selama ini Saudi sudah mengalirkan dana puluhan miliar dolar AS untuk menggulingkan Assad dan menyingkirkan Houthi dari Yaman.

Alih-alih berhasil, kekuasaan Assad dan Houthi tetap mencengkeram kuat di dua wilayah itu. Sebaliknya, keuangan dan energi Saudi terhisap tanpa menciptakan resultante yang menguntungkan Saudi, baik dari sudut geopolitis maupun perubahan rezim di dua wilayah itu.

Saudi adalah pendukung utama kelompok Sunni Suriah yang berusaha meruntuhkan Assad. Saudi sendiri ingin menyaksikan Assad yang Syiah Alawiyah itu tumbang.

Saudi bahkan sudah tak lagi ingin menjadi dermawan tanpa pamrih bagi tetangga-tetangganya di dunia Arab atau negara-negara Muslim lain di dunia ini

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News