Arteria Dahlan

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Arteria Dahlan
Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan, Rabu (20/1/2021) Foto: Kenny Kurnia Putra/JPNN.com

Sekarang Arteria menjadi berita lagi. Kali ini dia meminta Jaksa Agung S.T Burhanuddin supaya mencopot Kepala Kejaksaan Tinggi yang kebetulan memakai bahasa Sunda dalam rapat dengar pendapat Kejaksaan Agung dengan Komisi III DPR RI (17/1).

Dalam rapat itu seorang Kajati menggunakan Bahasa Sunda ketika berbicara kepada S.T Burhanuddin yang kebetulan juga beretnis Sunda. Arteria berang melihat adegan itu dan kemudian meminta Jaksa Agung mencopot sang Kajati.

Sikap Arteria mengundang kehebohan. Ada yang menganggapnya arogan dan berlebihan. Sesama anggota DPR dari PDIP pun mengecam Arteria. T.B Hasanuddin menganggap sikap Arteria berlebihan. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendesak Arteria meminta maaf kepada masyarakat Jawa Barat.

Deddy Mulyadi, anggota DPR RI dari Golkar mempertanyakan sikap Arteria. Mengapa orang yang memakai bahasa lokal dicopot, sementara banyak yang memakai idiom-idiom Bahasa Inggris malah didiamkan. Deddy Mulyadi, mantan bupatu Purwakarta dikenal sebagai pengamal budaya Sunda yang tekun. Dia selalu memakai ikat kepala putih dalam berbagai kesempatan.

Arteria mempertahankan pendapatnya. Menurutnya, dengan memakai bahasa daerah untuk menunjukkan kedekatan dengan pimpinan menunjukkan adanya gejala nepotisme. Lembaga tinggi seperti Kejaksaan Agung harus mengdepankan merit system ketimbang nepotisme dengan mempergunakan simbol-simbol primordialisme seperti bahasa lokal.

Praktik berbahasa daerah dengan pimpinan dalam birokrasi menjadi hal yang umum. Hampir di setiap daerah dan setiap instansi pejabat akan mempergunakan bahasa daerah di antara mereka untuk menunjukkan kedekatan. Dalam Bahasa Jawa dan Sunda ada bahasa kasar dan halus. Para pejabat akan menggunakan bahasa halus kepada atasannya untuk menunjukkan penghormatan.

Ada unsur feodalisme dalam praktik berbahasa daerah ini. Tetapi unsur feaodalisme dalam birokrasi menjadi bagian yang tidak bisa dihilangkan. Birokrasi sejak awal didesain oleh Max Weber untuk menjadi mesin yang rigid, mekanis, dan seragam. Praktik birokrasi semacam ini sangat cocok dengan unsur-unsur feodalisme yang masih tetap subur di Indonesia.

Arteria ingin mengikis budaya itu. Sebuah itikad yang baik, tapi cara yang dipakainya tidak tepat. Gaya komunikasi politik Arteria selama ini cenderung gas pol sehingga terkesan arogan dan berlebihan.

Gas pol tanpa haluan ala Arteria Dahlan bisa membuat PDIP mengalami rem blong dan bisa masuk jurang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News