AS Kukuh Tempatkan Personel di Afghanistan, Taliban Siap Melawan

AS Kukuh Tempatkan Personel di Afghanistan, Taliban Siap Melawan
AS Kukuh Tempatkan Personel di Afghanistan, Taliban Siap Melawan

KABUL - Keputusan Amerika Serikat (AS) tetap menempatkan sekitar 10.000 personel nontempur di Afghanistan memantik protes keras Taliban. Kemarin (28/5) kelompok radikal itu berjanji melawan AS sampai seluruh serdadu Negeri Paman Sam tersebut angkat kaki dari negerinya.
 
Selasa waktu AS (27/5) Presiden Barack Obama mengumumkan rencana Gedung Putih mempertahankan pasukan nontempur di Afghanistan. Selanjutnya, secara bertahap, AS akan menarik seluruh personel militernya dari bumi opium tersebut.

Obama berjanji tidak ada lagi satu pun serdadu AS di Afghanistan pada akhir 2016, tepatnya saat masa kepemimpinannya berakhir.
 
"Saya yakin, jika melakukan ini, kami tidak hanya menggenapi tanggung jawab untuk mengakhiri perang di Afghanistan dan mencapai seluruh tujuan awal melalui pertempuran, tetapi bisa membuka babak baru dalam sejarah kepemimpinan Amerika," papar Obama dalam pidato yang disampaikan di Rose Garden Gedung Putih.
 
Dengan menarik seluruh pasukan tempur AS dari Afghanistan tahun ini, dia menepati janjinya untuk menyudahi perang dalam masa pemerintahannya. Namun, presiden keturunan Kenya itu juga tidak mau menanggung dampak pertempuran yang berlangsung sejak 2001 tersebut. Terutama, dampak fisik yang merusak tata kota di banyak wilayah di Afghanistan.
 
"Kita harus mengakui bahwa Afghanistan bukanlah tempat yang sempurna dan bukan tanggung jawab AS untuk menjadikannya (sempurna)," kata Obama.

Dia menambahkan, agresi militer AS ke Afghanistan merupakan reaksi atas aksi teror kelompok militan Al Qaeda. Yakni, serangan ke Menara Kembar WTC dan Pentagon pada 11 September 2001.
 
"Kini kami telah menuntaskan apa yang dulu kami awali," tegas pemimpin 52 tahun tersebut. Dalam pidato-pidato tentang Afghanistan, Obama selalu menegaskan bahwa perang antiteror yang mengakibatkan pertumpahan darah di Afghanistan itu tidak terelakkan. Sebab, agresi ke sarang militan alias Afghanistan merupakan salah satu cara AS melindungi keselamatan penduduknya.
 
Rencana AS mengakhiri perang Afghanistan secara bertahap itu sebenarnya hanya terlaksana jika agenda penarikan pasukan disetujui Kabul. Sejauh ini, Pemerintah Afghanistan belum meneken perjanjian keamanan yang mencakup rencana penarikan pasukan AS itu. Sebab, Presiden Hamid Karzai tidak menyepakati isi perjanjian tersebut.
 
Meski demikian, Washington yakin perjanjian keamanan yang berisi jadwal penarikan pasukan AS itu segera terlaksana. Sebab, masa pemerintahan Karzai akan segera berakhir.

Sementara itu, kandidat kuat presiden Afghanistan selanjutnya adalah sosok yang pro-AS. Karena itu, Washington optimistis rencana penarikan dan penempatan pasukan nontempur sampai 2016 itu terwujud.
 
Di sisi lain, politisi Afghanistan menyambut baik rencana Obama tersebut. Fawzia Koofi, misalnya. Politikus perempuan yang duduk di parlemen Afghanistan itu justru berharap AS mempertahankan lebih banyak tentara pasca 2014.

Pengamat keamanan Mia Gul Wasiq juga sependapat dengan Koofi. "Afghanistan belum siap. Jika seluruh pasukan (AS) ditarik, Afghanistan menjadi Iraq," tegasnya.
 
Namun, Taliban menentang keras rencana AS mempertahankan 9.800 tentara nontempur di Afghanistan. Organisasi Islam radikal itu bersumpah terus melancarkan serangan terhadap pasukan AS. Meskipun, pasukan yang tersisa pasca 2014 adalah pasukan nontempur. Taliban menuntut AS menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan tahun ini.
 
"Kini setelah Obama memutuskan mempertahankan sekitar 10.000 serdadu (di Afghanistan) sampai akhir 2016, Kekaisaran Islam Afghanistan (Taliban) mengutuk dia. Ini merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan, agama, dan HAM kita," ungkap Taliban dalam pernyataan tertulisnya kemarin.

Taliban bersumpah terus melancarkan serangan sampai seluruh serdadu AS angkat kaki dari Afghanistan. (AP/AFP/hep/c19/tia)


KABUL - Keputusan Amerika Serikat (AS) tetap menempatkan sekitar 10.000 personel nontempur di Afghanistan memantik protes keras Taliban. Kemarin


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News