AS-Saudi Renggang, Pangeran MBS Reject Telepon Joe Biden
Biden beralasan pangeran yang punya hubungan spesial dengan presiden AS sebelumnya Donald Trump itu bukanlah timpalannya.
Isu perjanjian nuklir Iran; minimnya dukungan terhadap upaya militer Saudi dalam perang saudara Yaman; bantuan AS dengan program nuklir sipil Saudi; dan tidak adanya keberihakan kepada Pangeran MBS dalam kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, ikut menambah panas situasi.
Namun, lonjakan harga minyak yang makin menjadi-jadi setelah Rusia menyerbu Ukraina, tampaknya membuat rezim Biden mengevaluasi kembali nilai hubungan dengan Saudi dan UEA.
Kedua negara Teluk itu dianggap sebagai pemasok global yang memiliki kapasitas untuk memompa lebih banyak minyak untuk mengurangi lonjakan harga.
Sejumlah pejabat senior Dewan Keamanan Nasional dan Departemen Luar Negeri AS dikabarkan telah melakukan perjalanan ke Riyadh dan Abu Dhabi dalam beberapa pekan terakhir untuk melakukan komunikasi langsung.
WSJ juga melaporkan bahwa Biden telah berbicara dengan ayah Pagreran MBS, Raja Salman, pada 9 Februari lalu.
Dalam panggilan tersebut, mereka menegaskan kemitraan strategis dan ekonomi kedua negara.
Meski begitu, pada awal pekan ini, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Biden tidak punya rencana berbicara dengan Pangeran MBS dalam waktu dekat.
Menurut Wall Street Journal, Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) telah beberapa kali menolak ajakan Presiden AS Joe Biden
- Tahan Bantuan untuk Israel, Joe Biden Terancam Dimakzulkan
- 2 Hari Lagi Jemaah Calon Haji Indonesia Mulai Diberangkatkan ke Arab Saudi
- Gedung Putih Akui Israel Masih Menerima Pasokan Senjata Amerika
- BRI Berangkatkan UMKM Kopi Bandung 'Gravfarm' ke Expo di Amerika Serikat
- Setelah Ditekan, TikTok Melayangkan Gugatan ke AS
- Israel Serbu Rafah, Amerika Tunda Penjualan Senjata