Australia Kehilangan 50 Ribu Backpacker, Bagaimana Peluang WHV Asal Indonesia?
Anggota parlemen dari Partai Nasional Julian Lesser akan memimpin komisi peyelidikan parlemen tersebut.
"Ketika nantinya perbatasan dibuka lagi, para backpacker itu akan mengisi pekerjaan yang biasanya tidak bisa diisi oleh para pekerja Australia, khususnya di kawasan regional," kata Julian.
Dengan begitu banyaknya warga Australia yang tidak bekerja, komisi ini akan mengkaji apakah warga Australia yang menganggur bisa berkerja di tempat-tempat yang biasanya diisi oleh para backpackers atau mahasiswa internasional.
Namun, di sisi lain, juru bicara Federasi Pertanian Australia (VFF, Emma Germano merasa heran mengapa pemerintah dan parlemen Australia kembali membentuk komisi penyelidikan terkait 'Work and Holiday Visa'.
Dia mengatakan sejauh ini banyak industri di Australia hanya mengandalkan 'backpacker' karena memang tidak ada alternatif lain yang tersedia.
"Industri kami sudah membuat berbagai rekomendasi untuk meningkatkan program WHV sehingga bisa membantu, dan menciptakan perlindungan memadai bagi pekerja dan majikan." katanya.
Sejauh ini program 'Work and Holiday Visa' memberikan sumbangan senilai Rp30 triliun bagi perekonomian Australia setiap tahunnya.
Selain pemegang WHV, mahasiswa internasional juga menjadi salah satu tenaga kerja yang biasanya memanfaatkan peluang kerja di Australia, termasuk pada masa pandemi.
Akibat pembatasan kedatangan ke Australia, pekerjaan yang biasanya terisi backpacker menjadi kosong
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Jadi Presiden AS Pertama yang Divonis Bersalah
- Dunia Hari Ini: Israel Akan Melakukan Serangan di Gaza Hingga Akhir Tahun 2024
- Dunia Hari Ini: Paus Meminta Maaf Atas Istilah Homofobia Vulgar yang Digunakannya
- Dunia Hari Ini: Uang Kuliah Tunggal Universitas Batal Dinaikkan
- Produsen Susu Australia Melihat Peluang dari Rencana Makan Siang Gratis Prabowo
- WNI Didenda Hampir Rp100 Juta di Taiwan Gegara Bawa Daging Babi