Awalnya Dicibir, Bidan kok Berlagak Jadi Insinyur
Selasa, 07 Mei 2013 – 12:41 WIB
Bidan Lis, begitu dia akrab disapa, merupakan PNS (pegawai negeri sipil) di Puskesmas Ngawen II, Gunungkidul. Alumnus D-3 Poltekes Surakarta itu menginjakkan kaki di Gunungkidul pada 2000. Dia mengawali karir dengan menjadi bidan praktik swasta (BPS) di Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Gunungkidul.
Dia ditakdirkan hidup di daerah yang didominasi pegunungan karst (kapur) yang sering mengalami kekeringan itu, sehingga masyarakat kesulitan air bersih. "Tapi, ini tantangan yang harus saya hadapi," ujar Lis.
Perempuan kelahiran Banjarnegara, 29 Juni 1974, tersebut mengungkapkan, air bersih bagi seorang bidan adalah mutlak untuk sarana standar persalinan. Dengan adanya air bersih, proses persalinan bisa terhindar dari risiko infeksi yang mengancam keselamatan sang ibu dan si bayi.
Karena itu, Lis sempat shock saat awal bertugas di Gunungkidul. "Bayangkan saja, di kampung kelahiran saya di Banjarnegara, air begitu melimpah," ujarnya. Sementara itu, di Gunungkidul, dia harus antre untuk mendapat air bersih. Itu pun jumlahnya tidak seberapa. Kalau suplai air bersih dari pemerintah telat, tidak jarang dia harus berjalan hingga dua kilometer untuk mencari mata air atau sendang. "Jalannya saja dua kilometer. Belum antrenya yang bisa berjam-jam," ungkap istri Hasyim itu.
Banyak bidan berdedikasi tinggi di Indonesia. Salah seorang di antaranya adalah Listiyani Ritawati, bidan desa yang sekaligus pelopor pembuatan sumur
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor