Awalnya Dicibir, Bidan kok Berlagak Jadi Insinyur

Awalnya Dicibir, Bidan kok Berlagak Jadi Insinyur
TELADAN : Bidan Listiyani Ritawati setelah talk show memperingati hari bidan sedunia 2013. Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos/JPNN
 

Menurut Lis, krisis air bersih di Gunungkidul berkaitan erat dengan angka kematian bayi atau ibu saat persalinan. Dia membeberkan, pada 2008, terjadi dua kasus kematian karena persalinan, sedangkan tahun berikutnya satu kasus. "Dalam kasus kematian karena persalinan, satu saja sudah menjadi kasus signifikan. Tugas tenaga medis, harus membuat angka kematian persalinan nihil," tegasnya.

Ibunda Arina Hikmah, Jazi" Royan, dan Sarwa Indah itu pernah menemui kasus persalinan yang membuatnya trenyuh. Kasus tersebut terjadi pada 2008. Ada seorang warga Desa Sambirejo yang hamil tua. Dia ditinggal suami merantau ke luar negeri untuk mencari nafkah. Perempuan itu sehari-hari harus mencari air bersih sendiri dengan mengendarai motor sejauh hampir lima kilometer. Nah, suatu saat, kondisinya drop. Dia terjatuh dari motor yang dikendarainya. "Dugaan saya dia drop karena stres," tandasnya.

Untungnya, perempuan tadi jatuh sekitar 300 meter dari rumah Lis. Maka, Lis langsung meluncur begitu mendapat kabar dari masyarakat. "Kondisi kandungannya sangat parah. Dia harus dibawa ke rumah sakit agar ditangani dokter kandungan," kenang Lis.

Lagi-lagi untung, perempuan tersebut cepat ditangani dokter kandungan di sebuah rumah sakit di Kabupaten Klaten (letak Desa Sambirejo lebih dekat ke Klaten daripada ke ibu kota Gunungkidul, Wonosari, Red). "Ibu dan anaknya bisa diselamatkan. Kata dokter, telat lima belas menit saja bisa lewat (meninggal, Red)," katanya.

Banyak bidan berdedikasi tinggi di Indonesia. Salah seorang di antaranya adalah Listiyani Ritawati, bidan desa yang sekaligus pelopor pembuatan sumur

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News