Babi Dilarung ke Laut, Langsung Hujan Disertai Petir Menggelegar

Babi Dilarung ke Laut, Langsung Hujan Disertai Petir Menggelegar
Tetua Adat Desa Penyambaan disaksikan aparat desa dan pemerintah melakukan ritual mengusir iblis yang diyakini mengganggu proses evakuasi. Foto: Ena/Kalteng Pos/JPNN

jpnn.com - PANGKALAN BUN – Upaya pencarian dan evakuasi korban dan badan pesawat AirAsia QZ8501  dilakukan oleh berbagai elemen, mulai lembaga pemerintah hingga masyarakat. Mulai dengan teknik dan peralatan modern hingga ritual tradisional.

Seperti yang dilakukan masyarakat Kaharingan dari Desa Penyambaan, Kabupaten Lamandau. Dipimpin ketua adat dan perangkat desa setempat, Sabtu (10/1) sore sekitar pukul 16.30 Wib.

Mereka menggelar ritual adat ‘memberi makan’ atau sesaji kepada ‘penunggu laut’ di mana pesawat AirAsia diduga jatuh.

Sesaji yang terdiri dari 1 ekor babi, hati babi dan 1 ekor ayam itupun dilarung ke laut lepas dengan diiringi doa-doa yang dipimpin Lacon, Ketua Adat Kaharingan Desa Penyambaan.

Entah karena doa dan sesaji yang disampaikan, atau memang kebetulan, setelah prosesi doa dipanjatkan dan sesaji dilarung, tiba-tiba hujan disertai petir cukup keras terdengar sebanyak dua kali di kawasan Pantai Tanjung, tempat ritual dilaksanakan.

Tetapi anehnya, hujan dan petir itu hanya terjadi beberapa menit. Setelah itu, langit yang semula terlihat gelap oleh mendung, kembali cerah dan bersih.

Kepada Kalteng Pos (Grup JPNN), Lacon menuturkan, menurut kepercayaan umat Kaharingan setempat, di daerah tersebut dipercaya banyak penunggu atau makhluk-makhluk tak kasat mata.

“Sesaji berupa babi, hati babi dan ayam ini merupakan tebusan untuk makhluk-makhluk yang ada di laut,” kata Lacon.

PANGKALAN BUN – Upaya pencarian dan evakuasi korban dan badan pesawat AirAsia QZ8501  dilakukan oleh berbagai elemen, mulai lembaga pemerintah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News