Bagaimana Seharusnya Memberantas Korupsi di Indonesia?

Oleh: Prof Romli Atmasasmita

Bagaimana Seharusnya Memberantas Korupsi di Indonesia?
Ilustrasi - Pakar hukum Prof Romli Atmasasmita. Foto: Ricardo/jpnn.com.

Di mana peredaran 'uang haram' termasuk pencucian uang sangat fantastis, seperti dikemukakan oleh Menkopolhukam Mahfud MD.

Yaitu senilai Rp 300 triliun di lingkungan Kementerian Keuangan, lembaga negara pengelola APBN, satu-satunya yang setiap tahun anggaran mengelola ratusan ribu triliun rupiah dana pembangunan.

Jika kalkulasi Sumitro Djoyohadikusumo, bahwa dana APBN bocor sebesar 30-35 persen, maka selama periode tujuh kali masa pemerintahan dapat dipastikan -ceterus paribus- kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak akan dapat dipulihkan dalam tempo 5 sampai 10 tahun yang akan datang.

Kesempatan emas untuk mempercepat pemulihan keuangan negara atau perekonomian negara yang diharapkan dari Pemerintahan Joko Widodo tidak dapat dicapai.

Penyebabnya bersifat multi-kompleks, antara lain masalah internal masing-masig kementerian/lembaga, termasuk institusi penegakan hukum yang terlambat di menej secara efisien dan efektif serta kontra produktif.

Keadaan tersebut belum lagi diperparah oleh keterlibatan aktor-aktor oknum anggota partai poltiik yang telah menyimpang jauh dari cita-cita mewujudkan pemerintahan yang bebas dan bersih dari KKN.

Berangkat dari uraian di atas adalah sikap munafik dan penghianatan jika menampakkan wajah seolah mematuhi perintah undang-undang, padahal tampak di belakang dipenuhi kecurangan dan sikap serakah (greedy) perilaku korup.

Sejak 75 tahun yang lalu, kira-kira di tahun 1960-an, kita dan pemerintah berjuang keras melawan korupsi melalui berbagai peraturan perundang-undangan.

Bagaimana seharusnya memberantas korupsi di Indonesia? Pakar hukum Romli Atmasasmita mengatakan begini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News