Bahrain, Yaman, Libya Siap Ikuti Mesir-Tunisia

Bahrain, Yaman, Libya Siap Ikuti Mesir-Tunisia
Bahrain, Yaman, Libya Siap Ikuti Mesir-Tunisia
Bukannya membikin massa takut, larangan dan represi tersebut justru membangkitkan amarah publik. "Kami semakin murka! Mereka pikir mereka bisa menjinakkan kami. Tapi, kami semakin marah," seru Makki Abu Taki yang anaknya tewas dalam bentrokan di Lapangan Mutiara itu. "Kami akan kuasai jalanan untuk menghormati para martir itu. Masa Al Khalifa telah habis," katanya.

Di Yaman, aksi massa telah berlangsung tujuh hari. Mereka juga minta Presiden Ali Abdullah Saleh yang sudah berkuasa 32 tahun -lebih lama daripada Hosni Mubarak-mundur. Presiden dinilai tak mampu mengatasi problem kemiskinan dan korupsi. Kemarin sejumlah bentrokan terjadi. Karena itu, para aktivis menyerukan aksi lebih besar -mereka namai Hari Kemarahan- hari ini (18/2).

Sementara itu, aktivis di Libya pun menyerukan aksi menggoyang pemerintahan Moamar Khadafi yang sudah berkuasa sejak 1968. Seperti di Yaman, aksi tersebut juga dinamai Hari Kemarahan. Tapi, aksi mereka ternyata bisa dijinakkan pemerintah yang kemarin menggelar demo mendukung pemerintahan. Khadafi, 68, pun tampil di televisi sembari dielu-elukan kerumunan massa. Dia ingin mencitrakan bahwa rakyat sejatinya masih mendukung pemerintahannya.

Demo menentang Khadafi terjadi di Al-Baida, kota di kawasan timur negeri itu, sejak Rabu. Kelompok kemanusiaan yang bermarkas di Cyprus, Swiss, dan Libya melaporkan, setidaknya 13 demonstran tewas dalam aksi tersebut. Solidaritas Hak Asasi Manusia yang bermarkas di Jenewa, Swiss, bahkan menyatakan bahwa demonstran itu tewas akibat tembakan sniper dari atap-atap gedung. (AP/AFP/c3/dos)


Berita Selanjutnya:
Resep Tertawa Michelle Obama

MANAMA - Atmosfer beraroma kebebasan, reformasi, dan demokrasi di Timur Tengah dan Afrika Utara masih belum terbendung. Sejak meletup di Tunisia


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News