Bahrain, Yaman, Libya Siap Ikuti Mesir-Tunisia

Bahrain, Yaman, Libya Siap Ikuti Mesir-Tunisia
Bahrain, Yaman, Libya Siap Ikuti Mesir-Tunisia
MANAMA - Atmosfer beraroma kebebasan, reformasi, dan demokrasi di Timur Tengah dan Afrika Utara masih belum terbendung. Sejak meletup di Tunisia dan menjatuhkan mantan Presiden Zine El Abidine Ben Ali pada 14 Januari, gelombang itu seolah tak bisa berhenti. Aksi massa di Bahrain kemarin (17/2) begitu besar. Represi aparat juga tak kalah gede sehingga menewaskan empat orang. Demonstrasi serupa kemarin juga terjadi di Yaman dan Libya.

Kemarin suasana Manama, ibu kota Bahrain, terasa mencekam. Mobil polisi berseliweran. Demikian pula tank-tank dan kendaraan militer. Mereka mengepung Lapangan Mutiara (Pearl Square), pusat demonstrasi antipemerintah yang ingin menjatuhkan Raja Hamad bin Isa Khalifa. Mereka terinspirasi gelombang massa yang akhirnya bisa memaksa mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak mundur setelah berkuasa 30 tahun.

Polisi merobohkan tenda demonstran dan menginjak-injak poster perlawanan terhadap pemerintah. Aksi polisi tersebut memang "legal". Sebab, Kementerian Dalam Negeri Bahrain sudah menyatakan kamp demonstran itu haram. Pemerintah juga sudah memerintah rakyat untuk menjauhi lapangan tersebut. Beberapa jam setelah menyerang Lapangan Mutiara, militer langsung mengeluarkan larangan berkumpul.

Ada dua poin utama tuntutan massa demonstran. Yakni, memaksa monarki Sunni melepaskan kontrolnya atas sejumlah pos pemerintahan dan semua pengambilan kebijakan penting. Selain itu, mereka meminta pemerintah memperhatikan nasib kelompok mayoritas Syiah yang mengeluhkan diskriminasi secara sistematis hingga larangan menduduki jabatan penting di pemerintahan dan militer.

MANAMA - Atmosfer beraroma kebebasan, reformasi, dan demokrasi di Timur Tengah dan Afrika Utara masih belum terbendung. Sejak meletup di Tunisia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News