Banjir Jakarta

Banjir Jakarta
Banjir Jakarta

Banjir JakartaSAYA tinggal di sebuah rumah sewaan di salah satu kawasan Jakarta yang asri. Disini bukan daerah rawan banjir, tapi selama musim hujan tahun lalu, atap rumah saya hampir runtuh. Bahkan, suatu malam rumah sewa saya itu bocor, tepat di tengah-tengah ruangan makan.

Tahun ini, saya  mengantisipasinya dengan membeli dan memasang terpal plastik berwarna biru cerah di atap rumah. Dan itu membuat  rumah sederhana saya menjadi terlihat agak "kampungan" di tengah-tengah perumahan elit di Kebayoran Baru.

Jakarta sekali lagi dilanda banjir pada bulan Januari. Ini seolah-olah menjadi ajang tahunan, dimana sebelumnya banjir besar terjadi tiap lima atau sepuluh tahun sekali. Kerugian yang diderita oleh Jakarta dan warganya sangat besar.

Hingga saat ini, tercatat lebih dari 130.000 orang telah mengungsi dan 12 orang tewas. Sekitar 40% jalan diyakini mengalami kerusakan, sementara sektor bisnis mengalami kerugian diperkirakan mencapai Rp 300 miliar per hari selama banjir.

Tentu saja, banjir bukan masalah baru bagi kota ini.

Bagian dari tantangan kota ini sebenarnya geografis. Jakarta merupakan pusat kota yang berdataran rendah dan sangat rentan, seperti Manila atau London yang baru-baru ini diterjang banjir di sepanjang sungai Thames.

Baca Juga:

Sesuatu harus dilakukan. Apalagi Jakarta ini disebutkan mengalami penurunan dataran sedalam 10 hingga 20 cm per tahun. Ini sangat mengkhawatirkan.

Pada saat yang sama, Jakarta juga menghadapi curah hujan yang tinggi serta air yang mengalir dari hulu-Bogor, Puncak dan Depok. Dan ada 13 sungai yang melintas Jakarta,  dan apalagi sekitar 40% pemukiman berada di bawah permukaan laut. Dan jangan lupakan juga kondisinya ketika air laut pasang.

SAYA tinggal di sebuah rumah sewaan di salah satu kawasan Jakarta yang asri. Disini bukan daerah rawan banjir, tapi selama musim hujan tahun lalu,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News