Banteng Vs Celeng, Ujang Komarudin: Fenomena Perlawanan Kelas Bawah PDIP Kepada Elite

Banteng Vs Celeng, Ujang Komarudin: Fenomena Perlawanan Kelas Bawah PDIP Kepada Elite
Pengamat politik Ujang Komarudin. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ujang Komarudin menilai polemik 'banteng versus celeng' di internal PDI Perjuangan bisa menjadi bumerang bagi partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.

Bahkan, lanjut Ujang, polemik itu justru menguntungkan Ganjar Pranowo yang didukung sejumlah kader PDIP.

Ujang pun memberi saran kepada elite PDIP dalam menghadapi polemik tersebut.

"Lebih relaks saja dalam merespons aspirasi dari para pendukung Ganjar, karena PDIP itu, kan, punya mekanisme dan sistem untuk menentukan siapa capres dan cawapres yang akan diusulkan. Apalagi Ganjar itu, kader sendiri," kata Ujang kepada JPNN.com, Minggu (17/10).

Akademisi Universitas Al Azhar Jakarta itu juga menilai polemik tersebut bisa saja menandai benih-benih perpecahan sudah muncul di tubuh PDIP.

"Fenomena perlawanan kelas bawah PDIP pada elite-elitenya," ujar Ujang.

Sebelumnya, polemik 'banteng vs celeng' timbul setelah terdapat kader PDIP yang menginginkan partai berlambang kepala banteng itu mengusung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

Istilah 'celeng' awalnya dilontarkan oleh Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah (Jateng) Bambang Wuryanto.

Pengamat politik Ujang Komarudin menilai polemik 'banteng versus celeng' di internal PDI Perjuangan bisa menjadi bumerang bagi partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu, simak selengkapnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News