Beginilah Ritual Membujuk Penghuni Danau Toba

Beginilah Ritual Membujuk Penghuni Danau Toba
Eva Kristiani Nainggolan anak dari Maria Munthe meletakkan daun sirih di pinggir danau sebagai ritual mangelek di Pelabuhan Tigaras. Foto: Suyadi/Metro Siantar

jpnn.com - Proses pencarian korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba juga dilakukan dengan pendekatan kearifan lokal, Sabtu (23/6). Jasa spiritual juga digunakan agar para korban segera ditemukan.

Yusran Manik, anggota grup Gondang Batak Sahata Hita Pematang Sidamanik memainkan Gondang Pangelek-elek di lokasi perkiraan kapal tenggelam. Ritual ini ditujukan untuk membujuk sekaligus meminta ijin kepada ‘penghuni’ Danau Toba.

“Gondang ini untuk mangelek Danau Toba, dengan harapan para korban ditemukan,” kata Yusran, saat diwancarai sejumlah wartawan di Pelabuhan Tigaras.

Untuk ritual mangelek, lanjut Yusran, akan disiapkan beberapa bahan yang akan dimasukkan ke dalam bakul. Diantaranya beras, telur dan uang. Grup gondang batak ini akan dipimpin seorang paranormal.

Sebelumnya Maria Magadelana Munthe (52) melakukan ritual di Pelabuhan Tigaras, dengan harapan suaminya Loncer Nainggolan (54) segera ditemukan.

Beginilah Ritual Membujuk Penghuni Danau Toba

Di tepi Danau Toba Dermaga Tigaras, Jumat (22/6) sekira pukul 13.00 WIB, dengan menggunakan alas dari tikar, ibu dua anak itu membacakan doa dan harapan kepada sang pencipta, agar suaminya dapat segera ditemukan.

Bersama dua putrinya, Maria dengan sabar menunggu sambil mengunyah sirih. Maria asal Gajah Pokki, Haranggaol ini turut melaksanakan ritual ‘mangelek’ atau memanggil roh suaminya agar timbul ke permukaan. Mangelek ini menggunakan beberapa lembar sirih diletakkan di pinggir danau.

Ritual adat dan jasa paranormal dilibatkan agar para korban tenggelamnya KM Sinar Bangun bisa segera ditemukan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News