Belajar Menanggapi Ancaman Perubahan Iklim dari Keluarga Migran di Australia

Belajar Menanggapi Ancaman Perubahan Iklim dari Keluarga Migran di Australia
Kim Nguyen bercocok tanam di kebun yang dimiliki oleh komunitas warga. (ABC News: Natasya Salim)

Belajar Menanggapi Ancaman Perubahan Iklim dari Keluarga Migran di Australia Photo: Lu Yang, back right, with her family in Ballarat. (ABC News: Kai Feng)

 

Seperti kebanyakan keluarga di Australia, keluarga Yang juga tahu jika mengurangi sampah plastik tidak berdampak langsung pada pengurangan emisi gas rumah kaca. Tapi mereka melakukan hal lain untuk mengurangi emisi tersebut.

"Saya pernah merancang panel listrik tenaga surya, jadi saya paham apa itu energi hijau dan bisa membantu pengeluaran uang. Kita sekarang pakai 100 panel tenaga surya di atap kami," ujar Zhouxin Cai, suami dari Lu.

Ia mengaku telah mengeluarkan sekitar AU$30.000 atau lebih dari Rp300 juta. Dengan potongan harga listrik dari pemerintah bagi pengguna panel surya, ia mendapat keuntungan.

"Saya biasanya bayar listrik AU$1.600 [lebih dari Rp16 juta] per bulan, tapi sekarang hanya bayar AU$300 [lebih dari Rp3 juta] per bulan," ujarnya.

Zhouxin berharap bisa menutup biaya pembuatan panel listrik tersebut dalam beberapa tahun ke depan.

China masih menjadi negara pembuang gas rumah kaca terbesar di dunia, sekitar 10.06 gigaton di tahun 2018

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News