Benarkah Kekurangan Vitamin D Bisa Meningkatkan Kematian Akibat Corona?

Benarkah Kekurangan Vitamin D Bisa Meningkatkan Kematian Akibat Corona?
Petugas medis memindahkan pasien ke ruang isolasi dalam simulasi penanganan pasien Corona di Rumah Sakit Lavalette, Malang. Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto

jpnn.com, JAKARTA - Para peneliti telah menemukan korelasi kuat antara kekurangan vitamin D dengan tingkat kematian akibat corona atau COVID-19.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Northwestern University, menganalisis data dari rumah sakit dan klinik di seluruh Tiongkok, Prancis, Jerman, Italia, Iran, Korea Selatan, Spanyol, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat.

Pasien dari negara-negara dengan tingkat kematian COVID-19 yang tinggi, seperti Italia, Spanyol dan Inggris ternyata memiliki kadar vitamin D yang lebih rendah di tubuh mereka

Para peneliti juga menemukan korelasi kuat antara kadar vitamin D dan badai sitokin, yang merupakan kondisi hiperinflamasi yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.

"Badai sitokin ini bisa sangat merusak paru-paru yang menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut dan kematian pada pasien," kata Ali Daneshkhah, rekan penelitian pascadoktoral di McCormick School of Engineering Northwestern, seperti dilansir laman MSN, Selasa (12/5).

"Inilah yang tampaknya menjadi penyebab kematian pada sebagian besar pasien COVID-19," jelas Daneshkhah.

Namun, para peneliti juga memperingatkan agar Anda tidak begitu saja mengonsumsi suplemen vitamin D secara berlebihan.

Para ilmuwan mengatakan mereka perlu melakukan lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana vitamin D bisa digunakan untuk mengatasi komplikasi akibat COVID-19.(fny/jpnn)

Para peneliti telah menemukan korelasi kuat antara kekurangan vitamin D dengan tingkat kematian akibat corona.


Redaktur & Reporter : Fany

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News