Beranikah Ahok Lawan Mafia Migas yang Membagi Keuntungan ke Elite Politik?

Beranikah Ahok Lawan Mafia Migas yang Membagi Keuntungan ke Elite Politik?
Ilustrasi kilang migas PT Pertamina. Foto: Kaltim Post/JPNN

Ferdy memprediksi Pertamina sulit bersaing karena mafia migas mengamputasi seluruh kerja Pertamina, mulai dari hulu sampai hilir. Mafia tidak menghendaki produksi minyak Pertamina di sektor hulu meningkat dan berharap Indonesia tetap mengimpor BBM dan LPG, agar mereka mendapat untung dari jasa pembelian BBM sampai jasa pengapalan.

"Mafia migas adalah kejahatan terbesar terhadap negara. Mafia migas membuat negara ini bergantung pada impor. Mafia tidak menginginkan dirut Pertamina yang bersih dan menginginkan dirut yang cenderung kompromistis. Jika ada Dirut yang berusaha membersihkan dan mengolah bisnis Pertamina, pasti akan digencet dengan berbagai cara," tuturnya.

Ferdy menduga mafia dulunya menggunakan PT Pertamina Energi Trading (Petral), anak usaha Pertamina yang bertugas membeli BBM di perusahaan-perusahaan trading di Singapura. Berbisnis dengan Petral di masa lalu sangat menjanjikan. Tak sembarangan pelaku bisnis bisa bekerja sama dan mendapat tender dari Petral.

Butuh akses, pengalaman dan harus mampu melayani dengan baik semua rantai jaringan mafia mulai dari oknum yang ada di Pertamina hingga oknum penguasa agar bisa survive.

Mafia migas menikmati untung dari penurunan produksi minyak nasional. Sepanjang periode 2010-2019 misalnya, produksi minyak terus menurun di bawah 900 ribu barrel oil per day (BOPD). Sementara konsumsi BBM (bensin, solar) domestik mencapai 1.5 juta BOPD. Artinya, harus mengimpor sebanyak 700 ribu BOPD.

"Ada cerita seperti mitos, bahwa mafia yang bertugas membeli minyak dan dijual kembali ke Pertamina hanya mengambil untung US$ 3-5 per barrel minyak. Jika keuntungan setiap barrel mencapai US$ 3, maka mafia migas mendapat untung US$ 2.1 juta atau sekitar Rp 29.4 miliar per hari. Per bulan sekitar Rp 882 miliar dan per tahun Rp 10,5 triliun," katanya.

Ferdy menduga dana inilah yang kemudian dibagi-bagi ke rantai jaringan mafia, sehingga banyak sekali elite bisnis dan politik yang mendapat berkah.

"Jadi, Petral saya kira benar-benar menunjukkan ada mafia di sektor energi. Operasi besar yang harus dilakukan Ahok adalah berani melawan bisnis elite ini. Jokowi sudah berani melikuidasi Petral di awal periode pemerintahannya, melalui tim reformasi tata kelola migas. Hanya pemerintahan dan presiden kuat yang berani melikuidasi Petral. Untuk itu, Ahok yang menjadi tangan kanan Presiden Jokowi di Pertamina wajib hukumnya berperang melawan mafia. Ahok harus benar-benar menunjukan taringnya memberantas mafia," pungkas Ferdy. (gir/jpnn)

Ferdy Hasiman berharap Ahok sebagai komisaris utama Pertamina berani melawan mafia migas yang sudah menggurita.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News