Berbagi Kisah Sukses Start Up Agribisnis di Agrivaganza 2018

Berbagi Kisah Sukses Start Up Agribisnis di Agrivaganza 2018
Agrivaganza 2018 di halaman Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan) Jakarta (23/11). Foto: Humas Kementan

"Saya sendiri mulai usaha peternakan ayam dari 2005, jadi sudah merasakan seluk beluk berusaha ayam. Dimulai dari 200 ekor di 2005, Sekarang kapasitas produksi ayam potong kita 2,5 juta ekor dan telur ayam 5 ton," ceritanya bangga.

Menutup cerita suksesnya, Cecep menyampaikan tawaran pada Kementan untuk men-digitalisasi distribusi Toko Tani yang dikelola Kementan, "Barangnya sudah ada, tinggal didistribusikan secara digital saja, kami siap dukung."

Agripreneur muda lainnya yang turut berbagi pengalaman dalam bincang bersama pengusaha muda pada acara Agrivaganza 2018 adalah M Nanda Putra, Co-Founder Tanijoy.

Berbeda dengan Etanee, menurut Nanda yang juga bertani kopi, Tanijoy bergerak fokus di _on-farm_ sayur-sayuran. Tanijoy bermula dari persoalan-persoalan yang Nanda dan kawan-kawannya dengar langsung saat berinteraksi dengan petani.

"Maka Tanijoy berusaha membantu petani dengan permodalan. Bukan uang _cash_, karena biasanya akan jadi kulkas, jadi TV, dan barang konsumtif lainnya. Maka kami beri bantuan modal dalam bentuk lain," ujar Nanda.

Tanijoy juga membuka peluang bagi mereka yang ingin bertani tapi tidak punya waktu, bisa menyalurkan modalnya untuk diteruskan menjadi permodalan petani. "Pembiayaan menggunakan syariah base, bagi hasil," kata Nanda.

Hanya saja selama ini Nanda mengaku masih mengalami kendala pada sumber daya manusia, dan permodalan.

Bisnis Pertanian Jangan Takut Rugi

Era digitalisasi turut mengubah pola-pola kegiatan pertanian, hingga pola distribusi atau pemasaran hasil pertanian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News