Bermain Yoyo versus Bercermin Diri

Bermain Yoyo versus Bercermin Diri
Bermain Yoyo versus Bercermin Diri
Demi demokrasi, rakyat bukanlah tunggul! Rakyat sudah lama paham “partai kedondong”, di luar mulus tapi di dalam, astaga, berserabut. Lagi pula setelah Pemilu 1999 dan 2004 dan sejumlah politikus di Senayan “berurusan” dengan KPK karena berlumuran dengan kasus korupsi, jangan ajari lagi rakyat memilih yang ia suka di bilik suara.

Daya gugah tentu saja selalu perlu. Bukan kata-kata verbal dan vulgar, tetapi yang memberi inspirasi tentang sebuah negara yang berdaulat di bidang politik dan ekonomi. Rakyat tidak buta dan tidak tuli, bahkan mampu mencatat dan menagih janji yang berhamburan, serta “menjatuhkan hukuman” kepada partai dan pemimpin yang tak becus di hari Pemilu.

 

Jika para pemimpin cuma main yoyo, mengaca di cermin, menari poco-poco dan bagai penonton tanding sepakbola, rakyat bisa pindah ke lain hati, yang baru bagai si Barry. Baru bisa seorang new singer atau new song tak peduli apakah tokoh lama atau baru sepanjang membawa rakyat menuju Indonesia baru. Siapakah gerangan, Tuan? **

SEORANG perempuan berurai air mata. Seorang pria di pojok yang lain menangis sesenggukan karena bangga mempunyai pemimpin yang memberi harapan bagi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News