Bocah – bocah Penantang Bahaya, ya Ampuun…
Wahana air harus diberi tanda kutip karena sesungguhnya permainan yang mereka lakukan berbahaya. Melompat dari jembatan ke arah sungai yang dipenuhi bebatuan cadas. Dengan dasar yang di sana-sini terdapat pecahan beling.
Itu pula yang membuat si bocah di rangka jembatan tadi tak langsung melompat. Dia harus memastikan bahwa sasaran yang akan dia pilih cukup dalam.
”Imam...Imam! Coba lihat di sini dalam atau tidak,” pekiknya lagi.
Seorang bocah telanjang bulat segera berenang ke titik yang sama. Dia terlihat ragu. Seperti menemukan ada bebatuan yang bebahaya di dasar sungai. Tangannya melambai ke arah kawannya di atas jembatan. Seolah mengisyaratkan agar dia tak nekat terjun.
Tapi, bocah yang bernama Imam itu berubah pikiran. Ketika tubuhnya sudah berenang ke posisi agak tengah. Kakinya sulit menemukan dasar sungai dengan arus air yang lebih tenang. ”Dalam,” sahutnya kemudian.
Sama dengan Ridho, Imam pun memilih membiarkan tubuhnya hanyut terbawa arus ke barat. Dia baru mengangkat tubuhnya setelah berhasil menjejakkan kakinya ke sisi sungai yang dangkal.
Byurrrr! Tubuh bocah tengil itu meluncur ke Sungai Jangkuk. Lalu, membelah permukaan sungai hingga dasarnya. Beberapa saat tak muncul, beberapa temannya yang lain memandang dengan penasaran. Mereka terdiam. Menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.
”Aduh, terantuk batu!” pekik anak itu saat kepalanya menyembul di atas permukaan sungai.
Para bocah penantang bahaya di Jembatan Kuning, Mataram, melompat ke sungai yang penuh batu cadas dan pecahan beling.
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor