Borobudur itu Mutiara...Ayolaaah

Borobudur itu Mutiara...Ayolaaah
Eddy Susilo. Kepala Bidang Festival Pemasaran Asia Tenggara, Kementrian Pariwisata. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

ES: Ada beberapa faktor. Tempat dan masyarakat. Karakter masyarakat Thailand kan cuek.

Soal tempat saya setuju. Paviliun Wonderful Indonesia menempati lantai 2 Siam Paragon, mall terbesar dan paling elit di Bangkok. Setelah keliling, ternyata lantai ini terbilang sepi bila dibanding lantai bawah…

ES: Tahun lalu pernah kita lakukan di Platinum (mall kelas menengah yang tak jauh dari Siam Paragon--red). 

Waktu itu, paviliun Indonesia dibuat di outdoor. Kita sangat eksperesif. Pintu depan dan belakangnya didisain sangat artistik. Itu ramai sekali pengunjungnya.

Dalam segi pertunjukan, penampilan para seniman Indonesia sudah baik. Mereka berhasil mencuri perhatian pengunjung yang melintas. Ini akan lebih maksimal bila ditunjang dengan disain paviliun yang juga menarik. Nah, karena ikon kali ini adalah Borobudur, kenapa disain interior secara keseluruhan seolah tidak fokus pada Borobudur? 

ES: Menghadirkan Borobudur secara persis di lokasi ini (plafonnya tidak terlalu tinggi--red) susah. Tapi kan representasi Borobudur nyata terlihat. Di sekitar panggung, ada ornamen Borobudur. Di area depan masuk paviliun juga ada replika Borobudur. 

Benar sekali. Tapi kenapa hanya songkok-songkok  candinya saja? Bukankah selain arsitekturnya yang megah, satu di antara nilai lebih Borobudur ada pada reliefnya? Relief yang mengisahkan perjalanan Sidharta Gautama pembawa ajaran Budha. Bahkan ada yang menyimpulkan Borobudur semacam "kitab suci" umat Budha dalam bentuk lain… 

ES: Pemahaman itu sudah lama. Tapi kan perlu pendalaman. Perlu kajian ilmiah yang lebih mendalam lagi. Strateginya perlu didiskusikan lagi untuk mensinergiskan semua. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News