Buat Bom Roket Incar Istana-Mabes

Skenario Kelompok Pepi setelah Meneror Gereja

Buat Bom Roket Incar Istana-Mabes
Buat Bom Roket Incar Istana-Mabes
 Sumber Jawa Pos menjelaskan, Pepi mulai bersentuhan dengan ide-ide radikal saat pergi ke Aceh sebagai relawan tsunami Aceh 2004 sampai pertengahan 2005.     "Dia mengenal kelompok relawan mujahidin Kompak yang membuka posko di Nagan Raya dan Meulabouh, Aceh," katanya.

Pulang dari sana, Pepi mulai mengenal pengajian-pengajian keislaman yang cenderung radikal. Di antaranya, kajian jihad oleh kelompok Darul Islam pimpinan Kang Jaja atau sering disebut NII ring Banten. Jaja sendiri sudah mati dalam baku tembak dengan aparat Polsek Leupeung, Aceh, Maret 2010 lalu. Walaupun aktif dalam pengajian kelompok ini, Pepi tidak tercatat sebagai anggota resmi. "Dia tidak berbaiat," kata sumber lain Jawa Pos dari kalangan eks kombatan yang dihubungi terpisah.

Penangkapan, penembakan, dan aksi Densus 88 selama beberapa tahun terakhir rupanya menginspirasi Pepi untuk bergerak sendiri. "Istilahnya jihad fardhiyah, jihad individual tanpa harus berkonsultasi dengan imam atau mas"ul (pemimpin)," katanya. Menurut penyidik muda ini, Pepi lantas menghubungi beberapa orang mantan alumni UIN yang juga punya kecenderungan sama. "Mereka lalu membuka bisnis di Aceh. Di antaranya jasa rental mobil yang melayani trayek Meulabouh-Banda Aceh," katanya.

Setelah dana siap, kelompok ini lantas bereksperimen dengan serangan bom buku. "Mereka terinspirasi dari naskah jihad Syaikh Faris bin Ahmad Alu Syuwail Az Zahroni yang membahas tentang igtiyalat atau operasi pembunuhan terbatas," jelasnya. Dari pemeriksaan sementara, dana kelompok ini mencapai Rp 100 juta. "Digunakan untuk membeli bahan-bahan karbit, serbuk mercon, dan alat-alat lain," tambahnya.

JAKARTA -  Pepi Fernando, sutradara film dokumenter yang diduga jadi otak teror bom buku dan rencana pengeboman gereja, ternyata sudah mengincar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News