Budaya Rujak Pare

Oleh: Dahlan Iskan

Budaya Rujak Pare
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Di peringatan tahun 2018 itulah rujak pare dan sambal jombrang mulai disajikan. Diteruskan di tahun 2019. Lalu tahun 2020. Peringatannya tidak lagi tiap 10 tahun.

Tahun ini, ditambah acara baru: penempatan sinci Ita Martadinata tadi. Dia mewakili seluruh korban kerusuhan Mei 1998.

Yang juga istimewa, peringatan tahun ini disertai seminar virtual. Dengan pembicara Christianto Wibisono dan Ita Fatia Nadia. Chris membicarakannya dari aspek politik. Fatia dari aspek hak asasi manusia dan hak perempuan.

"Ita Martadinata itu sengaja dibunuh oleh sistem politik," ujar Fatia Nadia. "Ita bukan dibunuh Otong, pembantu rumah tangga. Otong itu hanya dikorbankan," ujar Fatia di Zoom tersebut.

Fatia adalah sukarelawan untuk mengurus korban kerusuhan Mei 1998. Waktu itu bersama Romo Sandiawan –yang sekarang bukan Romo lagi karena sudah menikah.

Ita adalah korban kerusuhan itu. Dia anak pengusaha mebel. Ibunyi seorang aktivis perempuan.

Kenapa Ita dibunuh?

Menurut Fatia, Ita akan berangkat ke Jenewa. Di sana Ita akan memberikan kesaksian sebagai wanita korban kerusuhan Mei. "Ita sudah latihan bagaimana membacakan teks kesaksiannyi," ujar Fatia.

Kenapa Ita dibunuh? Fatia bilang karena Ita akan berangkat ke Jenewa untuk memberikan kesaksian sebagai wanita korban Kerusuhan Mei.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News