Budaya Rujak Pare

Oleh: Dahlan Iskan

Budaya Rujak Pare
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Fatia sendiri yang membimbing Ita cara-cara bersaksi di lembaga internasional. Kesaksian itu akan disampaikan dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Mandarin.

Fatia memang terus berjuang untuk menegakkan hak-hak asasi manusia dan hak-hak perempuan. Dia pula yang pertama menjadi ketua lembaga hak-hak perempuan di Indonesia.

Itu, menurut Fatia, merupakan hasil pertemuan tokoh-tokoh pejuang hak wanita dengan Presiden B.J. Habibie.

"Presiden Habibie menyatakan percaya 100 persen adanya pemerkosaan pada wanita-wanita Tionghoa di peristiwa Mei," ujar Fatia.

Fatia memang termasuk yang tetap memperjuangkan tiga hal untuk peristiwa Mei 1998: kebenaran, penegakan keadilan, dan rehabilitasi.

Namun, dia juga menganggap ide rujak pare dan sambal jombrang dari Semarang itu ide yang sangat baik. (bersambung)

Kenapa Ita dibunuh? Fatia bilang karena Ita akan berangkat ke Jenewa untuk memberikan kesaksian sebagai wanita korban Kerusuhan Mei.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News