Bully Motivasi

Oleh Dahlan Iskan

Bully Motivasi
Dahlan Iskan dan Christy Lorentz di Harian DI's Way News House. Foto: disway.id

Waktu itu, ketika kata-kata bully itu disampaikan padanyi, Christy sampai menangis. Malamnya dia menangis lagi. Lebih lama.

Perasaannyi hancur. Terutama karena bully itu datang dari orang yang paling dia hormati.

Kalau yang merundung adalah teman atau orang yang dia tidak kenal, Christy tidak akan seterpukul itu. Namun ini justru diucapkan oleh orang yang selama ini dia jadikan panutan.

Seperti apa sih kata-kata bully itu sampai begitu hebatnya memukul jiwa Christy?

Christy tidak segera menjawab pertanyaan saya itu. Dia diam. Lama sekali. Menunduk.

Matanyi berkaca-kaca. Pipinyi memerah. Rambutnyi menjuntai menutupi pipi. Hanya kacamatanyi yang seperti menahan air mata itu menetes.

"In English, ok," sela saya. Siapa tahu kalau diucapkan dalam bahasa Inggris bully itu lebih bisa terucapkan. Lidah Christy lebih Inggris dari Indonesia.

Dia tetap saja diam. Pandangannya ganti ke arah jauh. Matanya tetap sembab.

Cantik, cerdas, tinggi, pintar main piano, penari balet. Apa lagi nikmat Tuhan yang masih kita dustakan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News