Butuh Kerja Keras Untuk Bisa Tinggal Lebih Lama di Australia
Mahalnya biaya dan pendaftaran yang terlalu birokratis menurut Indonesian Institute telah menyebabkan banyaknya penolakan permohonan dan kuota menjadi tak terpenuhi.
"Sebagai konsekuensinya, mendiskualifikasi anak-anak muda Indonesia yang berkualitas dan ingin lebih mengenal Australia."
Photo: Yang sebaiknya tidak dilupakan dari program WHV adalah mengunjungi tempat-tempat seru di Australia. (Foto: Koleksi pribadi)
Tapi menurut Melinda, biaya tersebut memanglah dibutuhkan. Seperti pengalamannya selama hampir sebulan lebih, ia sempat menganggur di Darwin sehingga hanya tergantung pada uang yang dimilikinya.
Melinda juga menjelaskan bagaimana ia bisa menutup 'modal' dalam waktu tiga sampai empat bulan.
"Di pabrik, saya mendapat gaji sebesar $600 [lebih dari Rp 6 juta] per pekan, dengan biaya hidup $200 - $250 [lebih dari Rp 2 hingga 2,5 juta] per pekan, jadi ada sisa $400 [lebih dari Rp 4 juta] yang bisa ia tabung dalam sepekan."
"Bandingkan kalau di Indonesia Rp 4 juta itu gaji sebulan, belum termasuk pengeluaran."
Seperti Melinda, Agustina yang juga pernah diwawancarai ABC Indonesia juga mengaku jika faktor uang menjadi daya tarik utama anak-anak muda ingin datang ke Australia. Diantara mereka ada pula yang tidak ingin kembali ke Indonesia.
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka