Cancel Culture

Oleh Dahlan Iskan

Cancel Culture
Dahlan Iskan di ruang perawatan pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Surabaya. Foto: disway.id

Lebih rumit lagi: apakah budaya cancel tidak melanggar hukum? Lebih tinggi mana filsafat atau hukum? Mengapa ada tindakan 'menghukum' di luar hukum?

Bacaan pun melebar ke mana-mana. Termasuk ke sejarah: kapan cancel culture itu dimulai? Di mana?

Ternyata saya harus ke Yunani. Ke zaman tahun 500 sebelum Masehi.

Internet benar-benar tanpa batas. Dari kamar sebuah rumah sakit bisa menjelajah ke perpustakaan mana pun di dunia. Zaman benar-benar gila!

Ternyata filsafat cancel culture ini lahir bersamaan dengan lahirnya filsafat demokrasi. Atau sedikit setelahnya.

Cancel culture boleh dikata sebagai kelengkapan demokrasi. Artinya: demokrasi tidak jalan tanpa diikuti cancel culture.

Dalam praktik, di sebuah negara demokrasi, tetap saja banyak orang yang anti-demokrasi. Di zaman itu. Tetap saja banyak pemimpin yang mengembangkan sikap otoriter.

Maka di zaman yang begitu kuno di Yunani diputuskanlah  untuk dilakukan 'cancel' pada orang-orang yang anti-demokrasi.

Tidak terhitung berapa lakon yang saya lihat. Yang terbanyak yang dimainkan dalang Seno Nugroho yang dari Jogja itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News