Cendol Hu

Cendol Hu
Dahlan Iskan di ruang perawatan pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Surabaya. Foto: disway.id

"Kenapa tidak di Timur Tengah?" tanyanya.

"Sudah terlalu banyak yang lulusan Timur Tengah," jawab saya.

Yang tidak saya katakan padanya ialah: agar kiai baru ini pernah merasakan hidup sebagai minoritas. Bahkan minoritas yang lagi tertekan seperti di India saat ini.

Yang juga tidak saya katakan adalah: agar ia mendalami benturan-benturan pemikiran di sana.

Semua peserta rapat pun  setuju. Bahkan ada yang usul rapat hari itu langsung memutuskannya. Namun karena pengangkatan itu perlu legalitas lebih luas disepakati perlu forum yang lebih resmi: 30 Januari depan.

Rapat hari itu sebenarnya sudah memperhatikan protokol kesehatan. Lokasinya di aula besar pesantren. Yang hadir dibatasi hanya 30 orang.

Tempat duduknya sangat berjauhan. Semua memakai masker. Tidak ada suguhan minuman. Pun makanan.

Mikrofon yang disodorkan ke saya disemprot disinfektan lebih dulu. Ketika mik yang sama dipakai yang lain, saya tidak mau lagi bicara pakai mik.

Saya memang salah. Saya ke luar kota hari itu: Kamis minggu lalu. Rasanya saat itulah saya terpapar Covid-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News