Cerita Mbah Rono, Pak SBY pun Tak Berani Intervensi

Cerita Mbah Rono, Pak SBY pun Tak Berani Intervensi
Mantan Kepala PVMBG, Surono, ketika ditemui di Boutique Apartemen Kemayoran Jakarta, Jumat 29/12. Foto: Chandra Satwika/Jawa Pos

Akhirnya, dia membuat skenario evakuasi. Masyarakat tidak perlu tahu bahwa letusan Merapi akan dahsyat, yang penting mereka selamat. Dia lalu menetapkan jarak aman dari puncak Merapi sejauh 10 km.

’’Tapi, kalau itu saya umumkan, nggak akan ada yang percaya. Wong desanya Mbah Maridjan yang 6 kilo saja nggak kena,’’ kenangnya saat ditemui di tepi kolam renang lantai 6 apartemennya di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (29/12).

Akhirnya, dia hanya mengumumkan daftar desa yang harus dikosongkan, tanpa menyebut jaraknya dari puncak Merapi.

Strategi itu berhasil. Kemudian, aktivitas Merapi meningkat sehingga radius aman diperluas menjadi 15 km.

Baru saja ditetapkan, aktivitas Merapi makin meningkat. Tak dinyana, volume kubah lava sudah mencapai 3,5 juta meter kubik. Merapi akan meledak.

Dia langsung menelepon semua bupati di sekitar merapi dan menetapkan jarak aman 20 km. Tentu saja para bupati protes. Surono bergeming.

Benar saja, tidak lama setelah itu, ”kemarahan” Merapi memuncak. Merapi meletus dahsyat, memuntahkan segala material dari perutnya.

Sebanyak 353 orang tewas, mayoritas merupakan warga yang menolak dievakuasi, termasuk Mbah Maridjan.

Surono, yang akrab dipanggi Mbah Rono, ketika itu tahu Gunung Merapi akan meletus lebih besar, tetapi dia tidak boleh ngomong seperti itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News