Cerita Tito Karnavian Lihat Seniornya Malas dan Marah saat Layani Pelapor

Cerita Tito Karnavian Lihat Seniornya Malas dan Marah saat Layani Pelapor
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian berfoto bersama pimpinan Jawa Pos Group usai acara Dialog Kapolri dan Jawa Pos Group di ruang Semanggi Graha Pena Surabaya kemarin (2/9). Foto: Dite Surendra/Jawa Pos

”Ini poin yang membuat publik menjadi kurang simpatik. Kami berusaha menaikkan kembali. Jangan sampai turun terus,” ujarnya. 

Caranya dengan memperbaiki kinerja. Tito mengakui, memperbaiki kultur yang koruptif tidak gampang.

Menurut dia, harus ada peningkatan kesejahteraan anggota Polri. Sebab take home pay plus renumerasi, masih dirasa kurang. Khususnya di daerah yang berbiaya hidup tinggi. 

Hanya saja, menaikkan citra polisi melalui perbaikan kultur dan kinerja, dalam persepsi publik proporsinya hanya 40 persen. Sisanya sebanyak 60 persen, persepsi publik lebih banyak ditentukan oleh media. 

Dia mencontohkan, 430 ribu anggota polisi yang baik, bisa tercoreng gara-gara ada seorang Wakapolsek Kemayoran yang ditemukan mabuk. Berita itu langsung tersebar di media dan mencoreng semua anggota polisi. 

Ada juga contoh lain dengan kondisi berbeda. Saat ada kejadian polisi salah tembak, berita itu tidak muncul di media. 

Pada saat bersamaan, berita yang muncul adalah kisah Bripka Seladi yang sederhana dan dan suka membantu. Akibatnya, saat itu persepsi masyarakat terhadap polisi menjadi positif. “Itulah kekuatan media,” ujarnya. (eko/ang/sam/jpnn)

SURABAYA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mendorong polda dan polres untuk membuat inovasi pelayanan publik yang lebih memudahkan masyarakat. 


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News