China Protes Pesawat Mata-mata AS di Laut China Selatan
Presiden Taiwan Ma Ying-jeou sebelumnya telah mendesak semua pihak yang bersengketa untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan mengenai pembagian sumberdaya yang ada di Laut China Selatan.
Sementara Presiden Filipina Benigno Aquino menyatakan pesawat-pesawat sipil dan militernya akan tetap terbang di atas wilayah perairan itu meskipun China keberatan.
"Pesawat-pesawat kami akan tetap terbang di wilayah itu berdasarkan aturan hukum internasional," kata Presiden Aquino.
Beberapa tahun terakhir China sangat gencar menyatakan klaim mereka atas Kepulauan Spratlys yang secara geografis terletak di laut antara Vietnam dan Filipina.
China secara aktif melakukan reklamasi terumbu karang dan mengubahnya menjadi pulau, termasuk untuk landasan pacu pesawat tempur.
Kepulauan Spratlys sendiri berjarak sekitar 1000 KM dari garis pantai terdekat China.
Filipina menegaskan akan tetap menerbangkan pesawatnya di wilayah sengketa di Laut China Selatan.
Pemerintah China mengajukan protes resmi setelah sebuah pesawat mata-mata milik Amerika Serikat terbang di atas wilayah Laut China Selatan. Pesawat
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka