Christina Avanti, Peneliti Hormon Cinta yang Mendunia

Larutan Oksitoksin Bisa Selamatkan Nyawa Ibu

Christina Avanti, Peneliti Hormon Cinta yang Mendunia
Christina Avanti. Foto: Dimas Alif/Jawa Pos

Karena itu, saat belajar di Belanda, perempuan lulusan S-3 University Groningen tersebut mengaku sangat terpanggil untuk meneliti hormon oksitoksin yang diproduksi tubuh manusia. Sebab, hormon itu bertanggung jawab dalam persalinan.

Jika tidak ada hormon tersebut, seorang ibu tidak bisa kontraksi dan pendarahan sulit berhenti. Hormon itu biasa disebut hormon cinta.

”Biasa disebut hormon cinta karena dihasilkan ketika jatuh cinta seperti berpelukan dan sebagainya,” ujar perempuan yang menjabat sebagai direktur kerja sama kelembagaan Universitas Surabaya (Ubaya) itu.

Perempuan yang juga redaktur pelaksana (Redpel) Jurnal Farmasi Indonesia yang merupakan jurnal ilmiah milik Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) itu kemudian mengajukan proposal untuk meneliti hormon cinta.

Dia pun melakukan penelitian yang berjudul Breaking the Cold Chain of Polypeptide-Based Medicine. Proyek itu didanai The Dutch Top Institute Pharma, The Netherlands.

Dia diberi sebuah ruangan untuk menjadi laboratoriumnya. Namun, ruangan itu masih kosong. Belum ada perlengkapan laboratorium yang dibutuhkannya.

Alhasil, dia mencari berbagai alat yang bisa dimanfaatkan. Dia mencarinya di departemen lain, seperti potongan pompa dan lain-lain. ”Saya enggak menyangka harus merakit sendiri. Di sana masih harus bermain dengan obeng dan tang. Saya merasa seperti Mario Bros, hehehe,” ujarnya, lantas tertawa.

Pengalaman lain yang tidak terlupakan adalah ketika menghampiri pipa bertekanan tinggi di dalam laboratorium. Saat itu dia tidak memakai pelindung mata (google).

DEMI menyelamatkan nyawa para ibu, Christina Avanti meneliti hormon oksitoksin atau yang biasa disebut hormon cinta. Risetnya mendapatkan paten dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News