Cobaan Karina

Oleh: Dahlan Iskan

Cobaan Karina
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Dilanjutkan uji coba tahap dua: 20 orang dengan kontrol sepuluh orang. Maksudnya: ada 30 pasien; yang 20 diberi aaPRP, yang sepuluh tanpa aaPRP.

Semuanya sudah berhasil dilakukan. Semua pasien uji coba adalah mereka yang sudah kelas berat. Yang sudah pakai alat bantu pernapasan.

Hasil baik itulah yang dia tulis untuk delapan jurnal internasional –yang tiga sudah dipublikasikan. Termasuk kemampuannya dalam menurunkan D-Dimer.

Hasil baik itu bisa diikuti di jurnal internasional. Jumlah pasien uji coba yang sedikit itu, kata Karina, sesuai dengan izin etik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tentu saya juga menonton video-video yang terkait dr Karina. Di satu video saya terpana. Kok Karina secara spontan, bisa mengucapkan kalimat Naudzubillah min Dzalik. Dengan fasih dan lancar.

Saya pun ingat tidak semua siswa SMAK Santa Ursula Jakarta beragama Katolik. Demikian juga di SMAK Kanisius Jakarta –tempat suami Karina sekolah.

"Saya mewarisi tradisi baik di Santa Ursula. Dapat pasangan hidup dari Kanisius, hahaha," ujar Karina bercanda.

Saya senang melihat Karina sudah bisa tertawa. Manis. Berarti duka di hatinya sudah benar-benar berlalu. Setidaknya dia sudah lebih tenang menghadapi sidang komite etik malam harinya.

Kata-kata seperti itu sudah mulai mendera Karina belakangan ini. Sejak Karina menerapkan terapi aaPRP untuk pasien Covid.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News