Cobaan Karina

Oleh: Dahlan Iskan

Cobaan Karina
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Tekad itu tidak bisa menemukan jalan keluar. Mahal sekali. Kondisi finansial Karina lagi kolaps.

Saat itulah datang tokoh penting ke lab Karina: Sandiaga Uno. Wajah Karina kuyu. Sandi mencoba mengorek kenapa Karina begitu sedih. Karina hanya diam.

Akhirnya tekad Karina untuk membawa teknologi T-Cell dan NK-Cell mengalahkan keengganannya. Sandi pun mau meminjami dana. Sampai Karina mendapat pinjaman bank.

"Begitu dapat pinjaman, utang ke Pak Sandi langsung saya lunasi," ujar Karina.

Kesedihannya mulai hilang. Dia pun bisa melakukan penelitian di situ. Dia rampungkan disertasi S-3 di UI itu. Dengan topik stem cell. Telat sekali. Batas akhir DO-nya tinggal tiga bulan.

Karina lulus. Dengan IPK tinggi –tetapi tidak mendapat predikat cum laude. Tertunda-tundanya ujian S-3 itu yang membuat dia gagal cum laude.

"Yang penting lulus. Dan ibu sembuh," kata Karina.

Karina bahagia. Ayah-ibunya melihat dia dinobatkan jadi doktor. Sang ayah, 78 tahun, kini juga masih aktif sebagai konsultan air minum.

Kata-kata seperti itu sudah mulai mendera Karina belakangan ini. Sejak Karina menerapkan terapi aaPRP untuk pasien Covid.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News