COVID-19 Renggut 80 Ribu Nyawa, Rakyat Mulai Putus Asa

COVID-19 Renggut 80 Ribu Nyawa, Rakyat Mulai Putus Asa
Seorang pengunjuk rasa di depan Istana Kepresidenan Casa Rosada, di Buenos Aires, Argentina, Sabtu (27/2/2021), membawa papan dengan tulisan "Pemerintahan terburuk" saat memprotes pemerintah mengenai skandal vaksin "VIP", di tengah wabah COVID-19. Foto: REUTERS/Agustin Marcarian/HP/djo

jpnn.com, BUENOS AIRES - Argentina tengah dilanda gelombang kedua wabah COVID-19 yang dimulai pada pertengahan Februari lalu. Penyebaran virus telah mendorong rumah sakit mendekati titik jenuh dan warga di negara Amerika Selatan itu putus asa.

Pada Jumat (4/6) malam, Argentina telah mengonfirmasi 80.411 kematian di antara 45 juta warganya akibat penyakit itu dan total ada 3,9 juta kasus yang tercatat.

Saat ini, Argentina menempati peringkat ketiga tertinggi di dunia untuk kasus rata-rata harian, dengan lebih banyak total kasus per kapita yang tercatat daripada Brazil.

Pemerintah telah berjuang untuk menemukan keseimbangan antara penguncian dan menjaga ekonomi yang sudah terpukul terus berjalan, serta mendorong gerakan vaksinasi yang lambat untuk dimulai.

Kalangan petugas medis mengatakan tidak akan berhasil menurunkan tingkat infeksi selama beberapa bulan.

"Saya pikir kematian bisa dihindari jika pemerintah lebih fokus pada vaksin dan jika orang lebih menghormati penguncian," kata mahasiswa bernama Martina Dawin, yang berusia 17 tahun.

Namun yang lain, berpikir bahwa prioritas pemerintah seharusnya melindungi orang dari kesulitan ekonomi yang lebih besar setelah tiga tahun berturut-turut mengalami resesi.

Diego Peralta mengatakan dia telah memilih Presiden Argentina Alberto Fernandez tetapi kehilangan kepercayaan karena penguncian yang diperpanjang.

Namun, sebagian rakyat berpandangan COVID-19 adalah yang kedua ketika kita tidak bisa memberi makan anak

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News