Curhat Pelajar Asing di Australia: Rasanya Seperti di Neraka

Curhat Pelajar Asing di Australia: Rasanya Seperti di Neraka
Panda Hot Pot restaurant in Carlton has been giving away free meals to international students who are struggling. The restaurant usually reaches capacity within an hour of social media posts going up. (Supplied)

Beberapa bantuan dari pemerintah dan universitas tersedia dan mereka yang sudah bekerja selama 12 bulan dapat mengakses 'superannuation' atau tabungan masa tua bagi warga Australia mereka.

April lalu, Perdana Menteri Scott Morrison memperingatkan mahasiswa internasional dan pemegang visa turis untuk pulang ke negara masing-masing bila tidak lagi dapat membiayai kehidupan mereka sendiri.

Ini karena Pemerintah Australia ingin mendahulukan kebutuhan warganya sendiri.

Beberapa mahasiswa internasional sudah mengikuti anjuran tersebut dan menurut beberapa lembaga pendidikan, tidak sedikit yang juga berencana pulang ke negara masing-masing.

Mereka yang masih bertahan di Australia hanya mengandalkan dukungan dari keluarga mereka.

Namun, banyak mahasiswa internasional yang masih bimbang untuk memilih pulang atau bertahan di Australia.

Kehidupan di Australia telah menguras dompet, namun pilihan untuk pulang juga bukan solusi yang sederhana melihat sulitnya mendapatkan tiket penerbangan internasional.

Belum lagi bila melihat harganya dan risiko membawa virus ke negara asal, selain dari kekhawatiran kehilangan visa atau kesempatan meneruskan pendidikan mereka.

Maret lalu, mahasiswa internasional bernama Riyan Chowdury merasa memiliki kendali atas hidupnya sendiri

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News