Dan Mantra itu pun Bersemayam di Gunung Sepuh

Dan Mantra itu pun Bersemayam di Gunung Sepuh
Matahari terbit di puncak Gunung Sepuh, Bandung Selatan, Jumat, 24 Februari 2017. Dipotret dari Bukit Cinta, Setu Patengan. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

Dipandang dari Setu Patengan yang jaraknya hanya "sepelemparan batu" dari Kawah Putih, Gunung Patuha nampak begitu tenang, anggun dan berwibawa. 

Menurut cerita orang kebatinan, disebut Gunung Sepuh antara lain karena di sana ada beberapa makam leluhur. 

Antara lain makam Eyang Jaga Satru, Eyang Rongga Sadena, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barabak, Eyang Baskom, dan Eyang Jambrong. 

Satu di antara puncak Gunung Patuha yakni Puncak Kapuk—disebut-sebut sebagai tempat pertemuan para leluhur yang dipimpin oleh Eyang Jaga Satru. 

Katanya, di tempat ini secara gaib terlihat sekumpulan domba berbulu putih. Masyarakat setempat menyebutnya domba lukutan.

Saat rombongan tiba di Kawah Putih, saya lantas saja menyambangi petugas yang mengurus wilayah tersebut. Namanya Memen, 66 tahun dan Agus Topan, 26 tahun.

Keduanya seirama bercerita, "di depan kita ini," maksudnya puncak  sebelah Utara danau kawah, "ada Sunan Rama. Patilasan Prabu Siliwangi. Tempat istirahatnya. Tempat berkumpulnya para leluhur." 

Menurut mereka, di puncak itu ada lekukan. Itulah tempatnya. Biasanya ramai di bulan-bulan tertentu. Orang-orang yang datang menginap. Bawa tenda. 

ORANG-ORANG

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News