Dana Pendidikan Rp 400 Triliun, Hasilnya Apa?

Dana Pendidikan Rp 400 Triliun, Hasilnya Apa?
Wapres Jusuf Kalla. Ilustrasi Foto: Nurhadi/Fajar/dok.JPNN.com

Siswa pun lebih mudah mengakses informasi dengan kecanggihan internet. Tapi, JK belum melihat peringkat Indonesia melebihi negara lain.

”Bisa saja kita maju tapi negara lain lebih maju. Sekarang persaingan itu adalah bagaimana kita melihat standar-standart di sekitar kita. Standarnya Malaysia, standarnya Singapura, Thailand dan sebagainya,” ungkap JK.

Salah satu indikatornya adalah tenaga kerja yang dikirim ke negara lain. Filipina misalnya telah mengirimkan banyak tenaga kerja formal di bidang marketing, akuntansi, dan mekanik.

Sedangkan Indonesia masih didominasi oleh pengiriman tenaga kerja domestik. ”Tentu ada juga pekerja profesional kita, tapi kurang. Kita berada di situ. Tingkat kita seperti itu,” kata dia.

Bagaimana cara meningkatkan mutu itu? JK membedahnya dengan mulai mengungkapkan dua kecenderungan utama dalam pendidikan. Yakni pendidikan yang lebih mengandalkan inovasi dan pendidikan yang mengutamakan skill.

Menurut dia, pendidikan di Amerika Serikat lebih didorong untuk peningkatan inovasi. Berbeda dengan Jerman dengan paham skill dan matchnya dengan dunia industry.

”Jepang Korea ikut Jerman tapi AS yang masih paling maju di dunia. Negara lain ikuti,” ungkap dia.

Indonesia berupaya meningkatkan skill itu dengan membangun SMK di banyak tempat. Tapi, ternyata kebutuhan guru yang cakap masih kurang. Guru lebih banyak mengajar di kelas dengan papan tulis.

Alokasi dana pendidikan 20 persen dari APBN atau sekitar Rp 400 triliun belum memberikan dampak yang signifikan bagi mutu pendidikan di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News